Kemunculan Koalisi
Kebangsaan, tangapan
untuk INB_
Koalisi selama ini
dipahami secara politis
sebagai cara untuk
menghimpun
kekuatan yang lebih
besar untuk tujuan-
tujuan praktis.
Koalisi PD dengan PG,
PPP, PAN, PKB, PKS tak
pelak lagi menjadi
sebuah koalisi besar
sehingga 70% parlemen
dikuasai. Banyak para
pengamat yamng
mengkritik politi PD itu
karena diprediksi akan
melemahkan proses
demokrasi dan kembali
ke jaman Orba.
Namun, kasus BC
ternyata telah membuat
berbagai definisi dan
literatur
atas nama bangsa
Indonesia harus
dipinggirkan. Kasus BC
telah memunculkan
sebuah koalisi parlemen
not by design yang justru
memberi harapan
mengenai masa depan
perpartaian. Nyaris, di
partelemen hanya ada
dua kubu,
yaitu kubu PD dan kubu
non PD. Tidak bisa lagi
disebut kubu pemerintah
karena de facto
PKS yang selama
kampanye telah
mencitrakan dirinya
menjadi sebuah
partai yang terkesan
opportunist ternyata
telah menunjukkan
bahwa dirinya
layak dan pantas dilihat.
Tifatul yang menjadi
menteri, praktis ala
populer
dengan Andi Rahmat
yang sebelumnya no body
dan tidak pernah
terdengar
suaranya sekonyong-
konyong menjadi bintang
Pansus.
Di PDIP, nama Ganjar
Parnowo selama ini
nyaris tenggelam dalam
nama
Megawati, Pramono
Anung, Taufik Kiemas,
tiba-tiba mencuat
menjadi
bintang parlemen karena
pemahaman masalah dan
pertanyaan-pertanyaan
kritisnya seperti Andi
Rahmat.
Hanura adalah partai
baru. Kemunculan Fuad
Faisal juga cukup
menyentak
untuk menarik perhatian
dalam setiap sesi.
Seakan, setiap kali ada
saksi
yang dihadirkan, mereka
seperti bermain Jazz
dimana maisng-masing
bermain dengan
kelebiannya namun tetap
dalam harmoni dan
pemirsa TV
bisa menikmati
permainan mereka.
Tentu saja, banyak
bermunculan bintang lain
berkat siaran langung
melalui
TV dan kejelian kamera
serta sutradara lapangan
sehingga pemirsa bisa
mengikuti proses sidang
dengan helicopter view.
Dua bintang parlemen ini
contoh mengenai
kemunculan bintang-
bintang partai yang
selama ini tidak
pernah muncul karena
kehebatannya. Tentu
masih banyak bintang
lain
yang muncul. namun, ini
sekedar contoh betapa
PDIP dan PKS ternyata
bisa pada platform yang
sama dalam kasus ini,
dan tentu saja dengan
partai lain, seperti PG,
PPP, dan PAN.
Tanpa mengecilkan arti
PKB, namun koalisi "by
accident" tersebut cukup
menggerakkan PD sang
dirigen dalam permainan
classic orchestra
sehingga
mereka perlu untuk
mengevaluasi kolaisi dan
mengingatkan ketika
berkoalisi.
Kemunculan Koalisi
Kebangsaan di Perlemen
mungkin merupakan
Rahmat
Allah yang tersembunyi
dan pantas serta layak
disyukuri. Tapa kasus ini
sulit membayangkan
bagaimana minoritas
PDIP-Hanura-Gerindra
bisa
ber "koalisi kebangsaan"
dengan PG-PKS-PAN-PPP
mengingat saat-saat
kampanye dan saat-saat
pilpres.
Koalisi Kebangsaan telah
menunjukkan kepada
bangsa bahwa
penyalahgunaan
atau kesewenangan,
atau pelanggaran proses
benegara SIAPAPUN
MEREKA
tidalk dibenarkan. Inilah
esensi kehadiran Koalisi
Kebangsaan. Koalisi
Kebangsaan
bukan hanya
menegaskan bahwa tidak
ada tidak ada
pertemanan abadi dalam
politik, namun juga
sekaligus menegaskan
bahwa demi nusa dan
bangsa SIAPAPUN
yang melawan hukum
atau menyelah gunakan
kekuasaan harus
dilawan. Itulah
pelajaran yang telah
diberikan oleh Koalisi
Kebangsaaan.
Siapapun boleh
membangun teori
berdasar
keberpihakannya, namun
melawan
rakyat tentu akan
menanggung resikonya.
Inilah dalilnya.
Yang menadi masalah
adalah apakah selalu
harus ada Pansus Hak
Angket
untuk memunculkan
Koalisi Kebangsaan?
Apakah tidak mungkin
Koalisi
Kebangsaan itu langgeng
atas nama nusa dan
bangsa dalam mengawal
siapapun pemerintahnya
agar proses bernegara
yang semakin demokratis
untuk membuat bangsa
Indonesia semakin
terdidik dan sejahtera.