x

Senin, 07 Desember 2009

tasawwuf

Jeritan Ruh kepada
Rabbnya … 1
January 6:40 am
هللاَو اْوُعْدَي ىَلِا ِراَد
ِمَالَّسلا ىِدْهَيَو ْنَم
ُءآَشَّي ىَلِا ٍطاَرِص
ٍمْيِقَتْسُم
“Allah menyeru
(manusia) ke Darus
Salam (surga), dan
menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus
(Islam). ” (QS. 10 : 25)
ْلُقَو ِّبَر ىِنْلِخْدَأ
َلَخْدُم ٍقْدِص
ىِنْجِرْخَأَو َجَرْخُم
ٍقْدِص ْلَعْجاَو ىِّل
ْنِم َكْنُدَّل اًناَطْلُس
اًرْيِصَن
Dan katakanlah : “Ya
Tuhan-ku, masukkanlah
aku secara masuk yang
benar dan keluarkanlah
(pula) aku secara keluar
yang benar dan
berikanlah kepadaku
dari sisi Engkau
kekuasaan yang
menolong. ” (QS. 17 : 80)
Allah S.W.T. telah
menyeru manusia untuk
memasuki surga, yakni
suasana hidup dan
kehidupan yang penuh
kesejukan kesegaran
ketentraman saling
kasih sayang tanpa ada
penekanan satu dengan
yang lain. Untuk bisa
menuju ke sana (ke
surga), maka Allah
dengan rahmat dan
kasih sayangnya
menurunkan kitab yang
tidak ada keraguan dan
kebengkokan dan
dikirim Rasul S.A.W.
untuk menjelaskan
kitab serta teladan
dalam hidup dan
kehidupan. Namun,
sungguh manusia itu
dzalim lagi kufur
terhadap Rabbnya.
Kedzaliman dan
kekufuran bukan
terletak pada ucapan
tetapi dalam sikap dan
perbuatannya. Lisannya
berucap bahwa Allah-
lah sembahannya,
tetapi sikap
perbuatannya meng-
Ilahkan dunia. Lisannya
berucap bahwa Qur ’an
sebagai petunjuk hidup,
tetapi kitab-kitab
Yahudi menjadi bacaan
dan pegangannya.
Lisannya berucap bahwa
Rasulullah Muhammad
S.A.W. teladan hidup
dan kehidupannya,
tetapi perilaku Yahudi-
Nasrani, adat-istiadat
nenek moyang panutan
sikap dan perbuatannya
dalam hidup dan
kehidupan.
Demikian itu karena
manusia terlalu
sombong dan
melampaui batas.
Dikaruniai modal dasar
ruh, rasa, hati, aqal dan
nafsu agar masing-
masing tumbuh
kembang bebas menuju
Robbnya, malah nafsu
dan logika yang
ditumbuh suburkan
dengan menekan ruh,
sehingga ruh merintih
merasa kesakitan tidak
bisa berkomunikasi
dengan Robbnya, akibat
ulah nafsu dan logika
yang tidak mau
kompromi untuk
memenuhi kepuasan
tuntutan hidup duniawi.
Jeritan Ruh mengadu
kepada Robbnya
Melihat ruh selaku
tetesan kesucian-Nya
… (Maka apabila Aku
telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, maka
tunduklah kamu
kepadanya dengan
bersujud. (QS. Al Hijr
(15) : 29) … sedang
terinjak-injak oleh nafsu
dan logika, maka sang
Ar Rahman dan Ar
Rahiim menyeru kepada
ruh agar bermohon
kepada-Nya, dengan
susunan bahasa kata
sebagaimana firman-
Nya pada QS. 17 : 80
berikut ini.
ْلُقَو ِّبَر ىِنْلِخْدَأ
َلَخْدُم ٍقْدِص
ىِنْجِرْخَأَو َجَرْخُم
ٍقْدِص ْلَعْجاَو ىِّل
ْنِم َكْنُدَّل اًناَطْلُس
اًرْيِصَن
Dan katakanlah : “Ya
Tuhan-ku, masukkanlah
aku secara masuk yang
benar dan keluarkanlah
(pula) aku secara keluar
yang benar dan
berikanlah kepadaku
dari sisi Engkau
kekuasaan yang
menolong. ” (QS. Al
Israa (17) : 80)
Atas jeritan
permohonan ruh, akibat
terinjak-injak nafsu dan
logika, maka Allah
memberikan
pertolongan-Nya
sebagaimana firman
Allah pada QS. Al Anfaal
(8) : 17 berikut:
ْمَلَف ْمُهْوُلُتْقَت
َّنِكلَو َهللا ْمُهَلَتَق
َتْيَمَراَمَو ْذِإ
َتْيَمَر َّنِكلَو َهللا
ىَمَر َىِلْبُيِلَو
َنْيِنِمْؤُمْلا ُهْنِم
ًءَآلَب اًنَسَح َّنِإ َهللا
ٌعْيِمَس ٌمْيِلَع
“Maka (yang
sebenarnya) bukan
kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi
Allah yang membunuh
mereka, dan bukan
kamu yang melempar
ketika kamu melempar,
tetapi Allah-lah yang
melempar. (Allah
berbuat demikian untuk
membinasakan mereka)
dan untuk memberi
kemenangan kepada
orang-orang mu ’min,
dengan kemenangan
yang baik.
Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi
Maha
Mengetahui. ” (QS. Al
Anfaal (8) : 17)
Demikianlah Allah,
begitu mudah Dia Allah
sang Ar Rahman
melimpahkan rahmat
karunianya kepada
hamba yang
bersungguh-sungguh
memohon kepada-Nya.
Suatu pertanda bahwa
Allah itu dekat dan
sangat dekat dan
mudah dihubungi.
Sebagaimana firman-
Nya.: “Dan apabila
hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu
tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan
permohonan orang yang
berdo ’a apabila ia
berdo’a kepada-Ku,
maka hendaklah
mereka itu memenuhi
(segala perintah)-Ku
dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu
berada dalam
kebenaran. (QS. Al
Baqarah (2) : 186).
Namun, sungguh rahmat
Allah mendahului murka
Allah, artinya apabila
rahmat pertolongan
Allah telah diturunkan
tetapi tidak
didayaguna-manfaatkan
selaras dengan
kehendak-Nya, maka
rahmat itu akan
berubah menjadi laknat
atau azab. Sebagaimana
firman-Nya pada QS. 17 :
8 berikut ini.
… ىَسَع ْمُكُّبَر ْنَأ
ْمُكَمَحْرَي ْنِإَو
ْمُّتْدُع اَنْدُع
اَنْلَعَجَو َمَّنَهَج
َنْيِرِفاَكْلِل
اًرْيِصَح
“Mudah-mudahan
Tuhanmu akan
melimpahkan rahmat
(Nya) kepadamu, dan
sekiranya kamu kembali
kepada (kedurhakaan),
niscaya Kami kembali
(mengazabmu) dan
Kami jadikan neraka
Jahannam penjara bagi
orang-orang yang tidak
beriman ”. (QS. Al
Israa’ (17) :
Rahmat Terbesar dari
Allah S.W.T.
Rahmat terbesar yang
Allah turunkan kepada
hambanya yang
menjerit merintih
meminta pertolongan
untuk dikeluarkan dari
tekanan nafsu dan
logika adalah berupa
kitab petunjuk jalan
lurus untuk jumpa
kembali kepada Robb,
yakni Al Qu ’an. Agar
rahmat tetap menjadi
rahmat, maka serba-
serbi dalam berbuat,
harus membuka Qur ’an
untuk menjangkau
terbuka lurus
pandangan terbuka
pada satu titik (.) yakni
Aku Allah.
Segala puji bagi Allah
yang telah menurunkan
kepada hamba-Nya Al-
Kitab (Al Qur ’an) dan
Dia tidak mengadakan
kebengkokan
didalamnya; (QS. Al
Kahfi (18) : 1) … Dan
Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al
Qur ’an) untuk
menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk
serta rahmat bagi
orang-orang yang
berserah diri. (QS. An
Nahl (16) : 89).
Bagaimana bisa
berpandangan lurus
terbuka pada satu titik
Allah agar rahmat tetap
menjadi rahmat? Allah
hanya bisa dihubungi
dengan hati bersih
murni. Hati bersih murni
akan terjadi apabila apa
yang dilihat mata dan
didengar telinga sama
sekali tidak
berpengaruh (putus tali)
dalam hati.
Secara rinci ciri-ciri hati
bersih murni adalah :
Lapang dada karena
tidak terpengaruh oleh
apa dan siapa, kecuali
Allah. Laksana sebutir
buah kelapa yang
terlempar di tengah
laut. Walaupun berada
di tengah-tengah
gelombang ia tidak
terpengaruh oleh
besarnya gelombang
lautan kehidupan.
Suasana hati terasa
sejuk segar, sejuk
karena terlepas dari
panasnya masalah
kehidupan di lingkunagn
terbuka, dan segar
karena bangkit kembali
dari kelayuan setelah
memperoleh siraman air
segar dari langit berupa
siraman ruhani kalam
Ilaahi.
Walaupun mata kepala
melihat fenomena dan
telinga mendengar
suara/informasi, namun
apa-apa yang dilihat
dan didengar tidak
berpengaruh (putus tali
hubungan) ke dalam
hati atau tidak dicerna
hati tidak
menggetarkan hati. Hal
ini didasarkan pada
keyakinan bahwa
berbagai omongan yang
tidak selaras dengan
Qur ’an dan Sunnah
Rasul hanya akan
membikin hati menjadi
kotor dan busuk.
Keyakinannya adalah
bahwa hati hanya untuk
Allah, sedangkan Aqal
untuk memikirkan
ciptaan Allah dalam
rangka ketundukan hati
kepada-Nya.
Berkondisi cukup
setimbang sempurna,
tampil dengan lemah
lembut. Kondisi
demikian merupakan
buah hasil dari lepasnya
hati dengan segala yang
dilihat mata dan
didengar telinga.
Dengan kelemah-
lembutan inilah maka
akan bersambung
dengan Aku Allah.
Tersambungnya hati
dengan Allah, maka
akan dirasakan
ketenangan. (yaitu)
orang-orang yang
beriman dan hati
mereka menjadi
tenteram (tenang)
dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi
tenteram (tenang). (QS.
Ar Ra ’d (13) : 28). Wujud
tersambungnya hati
dengan Allah, maka
segala yang tidak dari
Allah dan Rasul-Nya
akan ditolak.